![]() |
Di Makam Syaikh Muhammad Saad |
Ini adalah kunjungan kedua kali saya ke Bumi Serambi Mekkah pasca
Konflik Sosial tahun 1999. Empat tahun
yang lalu, tepatnya di bulan Desember 2010 saya berkunjung ke Bumi Serambi
Mekkah dalam rangka kegiatan pelatihan pendidikan Multikultur dan kunjungan
bagi perwakilan Mahasiswa Madura ke tanah kelahiran mereka. Kabupaten
Sambas.
Masih basah dalam ingatan saya, rasa haru menyelimuti pertemuan dua
saudara se-agama yang terpisah akibat kerusuhan sosial di tahun 99, bertemu kembali setelah satu dekade. Saat
itu, generasi muda Madura dan Melayu bersatu dan bertekad untuk sama-sama
menghilangkan stereotype etnis. Menerima perbedaan dan memaafkan apa
yang pernah terjadi di masa lalu mereka.
Kali ini saya berkunjung bersama Jamaah Dzikir Tarekat Qoodiriyah
Naqsabandiyyah Perwakilan Pontianak dalam rangka Ziarah ke Makam Syekh
Muhammad Saad. Beliau adalah murid dari Syekh Ahmad Khatib Sambas yang
diangkat sebagai Khalifah Tarekat Qoodiriyah Naqsabandiyyah.
Masih terbesit rasa khawatir dan trauma konflik saat kaki saya
berpijak di atas tanah Parit Baru Kecamatan Selakau. Namun, rasa mahabbah
untuk berjumpa sang khalifah menepis segala bentuk kecemasan dalam hati
saya.
Tepat jam 15.30 kami tiba di Parit Baru Kecamatan Selakau. Dari
jalan raya ke makam, kami berjalan kaki memasuki gang kecil yang hanya bisa di
lewati kendaraan roda dua.
Secara fisik, hampir tidak ada yang istimewa dari Makam sang
khalifah. Bentuk makam hampir sama dengan makam orang awam pada umumnya. Yang
membedakan makam Syaikh Muhammad Saad dengan makam-makam disekitarnya hanyalah
bentuk nisan yang dibuat tinggi dan memanjang. Tidak ada atap dan pagar khusus
layaknya makam para wali dan alim ulama yang lazim kita jumpai. Kondisi makam
sang khalifah tampak tidak terawat. Warna cat nya sudah pudar. Dan kayu
penyangga nisan nya pun mulai lapuk termakan usia.
![]() |
Masjid Bersejarah Sirajul Islam Selakau |
Setelah membaca surah-surah pilihan di Makam Syaik Saad. Saya dan
jamaah solat asar di sebuah masjid yang tak jauh letaknya dari makam Syaik
Saad. Cat Warna kuning mendominasi bangunan masjid yang terbuat dari kayu. Ciri
khas warna elegant masyarakat Melayu terasa kental.
Saya sedikit kaget denga air kran di tempat wudhu masjid yang
terasa asin sekali, padahal belum genap
satu bulan kemarau melanda Bumi Serambi Mekkah. Mungkin karena letaknya
yang dekat dengan sungai sehingga air kolam yang di pompa bercampur dengan air
sungai Selakau yang bermuara ke laut.
Nuansa sejarah terasa
begitu kita memasuk kedalam area masjid. Di atas pintu utama masjid tertulis
MASJID BERSEJARAH SIRAJUL ISLAM. DIDIRIKAN 12 RABIUL AWAL TAHUN 1340 yang di
tulis dengan huruf arab.
Alhamdulillah...sangat jarang saya melihat beberapa saudara muslim di Indonesia yang mampir di makam keluarga besar dari Syekh Muhammad Saad di Selakau. Syukron katsiron sudah mengangkat hal ini di blog.
BalasHapusnyimak gan
BalasHapusterus semangat update nya
Assalamualaikum gan... Bisa bagi Google maps ndak... Mau tau lokasi pas nya dimana.. IN SHAA ALLAH di beri kesehatan dan kekuatan serta umur saya mau berkunjung ke makam beliau
BalasHapus