Tadi pagi saya ditelepon oleh Dewan Pengawas Koperasi Syariah Mitra Masyarakat kalau sisa pembayaran pembelian tanah dan bangunan koperasi sudah jatuh tempo minggu ini. "Sisa yang 105 juta diminta minggu ini oleh pihak Developer Pak We, Gimana ya caranya bisa dapetin duit segitu?" Tanya Dewan Pengawas di ujung telepon. Saya merasa terhimpit oleh pertanyaan itu. Saya terdiam sejenak. Rasanya saya kehabisan strategi untuk menjawab pertanyaan dewan pengawas pagi itu.
Program patungan aset yang kami "kampanyekan" baru bisa mengumpulkan uang sebesar 45 juta. Itupun uangnya sudah dijadikan Down Payment alias DP ketika tanah dua kapling itu jadi dibeli dari developer. Memang awalnya banyak kawan-kawan yang menyatakan berminat untuk ikut patungan aset pembelian tanah dan pembangunan kantor Koperasi Syariah Mitra Masyarakat, namun setelah ditindak lanjuti oleh pengurus dan pengawas, hanya ada beberapa orang yang langsung membayar cash. Yang lain masih janji, nunggu gajian bulan depan. Saya memaklumi kondisi kawan-kawan yang sedang dihimpit banyak kebutuhan diakhir tahun.
Tiba-tiba sebelum telepon itu di tutup, saya angkat bicara. "Begini, saya punya usul biar ini cepat ada jalan keluarnya. Dua hari kedepan ini segera kita adakan rapat pengurus, pengawas dan manajemen. Kalau semuanya ngumpul, kan pasti mendatangkan keberkahan. Nah, disitu nanti berdoa sama-sama mudah-mudahan Allah kasi kita pertolongan. Sambil-sambil nanti kita cari cara yang jitu." Kataku mengakhiri pembicaraan telepon dengan dewan pengawas. Dewan pengawas meng-amini kalimat saya, sebagai tanda bahwa kita masih punya Tuhan yang akan membantu menyelesaikan kekurangan pembayaran hutang koperasi.
Memang, apa yang kami lakukan selama ini ketika kami melakukan perencanaan jauh dari "logika finansial". Saya bilang jauh dari logika finansial karena setiap pencapaian kemajuan koperasi, sering tidak masuk akal kalau kami kalkulasi dengan kemampuan keuangan koperasi.
Saya sering ditanya oleh teman-teman pengurus BMT. Kalau saya simpulkan pertanyaan mereka kira-kira selalu begini : Apa yang menjadi modal utama keberhasilan koperasi syariah Mitra Masyarakat dengan sistem kemandirian memutar modal anggotanya menghasilkan profit? Pertanyaan seperti ini yang sering ditanyakan ke saya atau ke dewan pengawas.
Jawaban saya, Modal Utama Kami adalah DOA. Kekuatan doa telah mengalirkan energi yang dahsyat terhadap keberlangsungan kehidupan koperasi kami. Saya pribadi, jika bertemu dengan anggota koperasi selalu minta didoakan agar koperasi bisa maju. Bahkan, setiap saya melakukan promosi, saya selalu menyempatkan minta mereka mendoakan koperasi meskipun mereka tidak menjadi anggota.
Tentang kekuatan doa, Saya pernah membaca hasil penelitian Randolph Byrd, seorang profesor kardiolog dari Universitas California. Dia menguji risetnya terhadap 393 pasien di Rumah Sakit Umum San Fransisco, dimana pasien dibagi secara acak dan dikelompokkan pada tempat yang berbeda. setiap pasien didoakan oleh lima puluh tujuh orang. Hasilnya sungguh sangat menakjubkan. Pasien yang didoakan menunjukkan keadaan yang jauh lebih baik daripada mereka yang tidak didoakan.
Pembuktian ilmiah tentang kekuatan doa ini, diteruskan dengan penelitian terhadap tumbuh-tumbuhan. Benih gandum yang dibagi dalam dua kelompok, yaitu benih yang didoakan dan yang tidak didoakan. Hasilnya ternyata benih yang didoakan tumbuh dengan cabang-cabangnya yang kuat dan lebih banyak dibandingkan dengan benih yang tidak didoakan.
Dalam sebuah hadits juga diterangkan bahwa doa bagi seorang mukmin adalah senjata. Doa merupakan kekuatan dan energi yang tiada tara karena ia terhubung langsung dengan Dzat Yang Maha Kuasa. Doa menjadi modal yang paling utama, selain ringan dan mudah, berdoa bisa dilakukan oleh siapa saja. Jadi, ketika ada orang mendoakan koperasi kami. Saya menganggap dia telah menjadi 'anggota batin" dan menjadi bagian dari komponen penopang kemajuan koperasi kami.
*) Abdul Hamid : Ketua Dewan Pengurus Koperasi Syariah Mitra Masyarakat