Disaat hashtag #Resolusi2015 menjadi trending topics di media sosial Twitter saat malam pergantian tahun 2015, dan di retweet oleh jutaan orang, saya dan beberapa orang yang menurut perhitungan saya bisa di hitung dengan jari mencoba menandingi tranding topics tersebut dengan membuat hashtag tandingan #Rajak2015.
Tweet pertama bermula dari seorang dengan akun Syekher Mania, Yang berbagi tautan tentang fakta tradisi sekuler yang umumnya berlaku di negara-negara Barat dalam hal ini Eropa dan Amerika. Awal mula saya tidak tertarik, tetapi setelah dia menyajikan fakta Resolusi Tahun Baru dari situs wikipedia.org saya mulai tertarik untuk membacanya sampai tuntas. Saya berpikir sejenak, kemudian saya hati saya tergerak untuk menfollow nya yang kemudian saya ikuti dengan menghashtag #Rajak15 dari setiap cita-cita pribadi saya yang akan diwujudkan di tahun 2015. Tulisan rajak sebetulnya diakhiri koma diatas huruf a. Karena tanda koma tidak bisa di baca dalam sebuah hashtag, maka kata tersebut diakhiri dengan huruf k.
Alhasil, walaupun sudah sepuluh kali saya menulis status dengan diakhiri hahstag #Rajak2015, hashtag tersebut tidak jua muncul ke "papan" Trends. Dari sepuluh tweet saya, hanya satu orang yang me-retweet kicauan saya. Orang tersebut adalah Zulham, seorang santri yang sangat cinta terhadap salawat dan mengagumi sosok Habib Syech bin Abdul Qadir Asseqaf.
Ada dua alasan yang membuat saya malam itu tergugah untuk ikut “mendakwahkan” #Raja'2015 menjadi kicauan universal. Alasan yang Pertama : Secara bahasa, raja' berasal dari bahasa arab, yaitu “rojaun” yang berarti harapan atau cita-cita. Sedangkan secara terminologi adalah sikap mental optimis dalam memperoleh karunia dan nikmat dari Sang Pemberi Harapan, yakni Allah SWT yang diperuntukkan bagi hamba-hambaNya yang saleh. Raja' termasuk akhlak terpuji terhadap Allah SWT yang manfaat nya dapat mempertebal keimanan seseorang. Keimanan inilah yang kelak akan menuntun seorang hamba untuk berbuat baik dan beramal saleh sepanjang hidup mereka. Spirit untuk berbuat amal saleh terus muncul dalam diri seseorang karena dia yakin bahwasanya Allah SWT memang ada dan menguasai segala sendi kehidupan kehidupannya. Maka saya yakin betul, bahwa orang yang paham dengan kata raja', cita-cita nya pasti terwujud karena disitu ada "campur tangan" Allah.
Resolusi sendiri adalah kata serapan yang diambil dari bahasa Inggris yakni “resolution” yang memiliki arti putusan atau pernyataan. Sedangkan Resolusi Tahun Baru adalah tradisi sekuler yang umumnya berlaku di Dunia Barat. Konon dalam tradisi ini, seseorang akan berjanji untuk melakukan tindakan perbaikan diri yang akan dimulai pada Hari Tahun Baru. Resolusi tahun baru bermula dari Penduduk Babilonia kuno yang berjanji kepada para dewa yang mereka sembah setiap awal tahun bahwa mereka akan mengembalikan semua benda-benda yang telah mereka pinjam dan membayar utang mereka.
Alasan yang Kedua : Berdasarkan hasil studi Richard Wiseman dari Universitas Bristol pada tahun 2007 menunjukkan bahwa 88 % dari responden yang dia teliti, mereka gagal mewujudkan resolusi tahun barunya. Sedangkan 22% berhasil mewujudkan resolusi mereka saat mereka menenetapkan targetnya.
Jadi kesimpulan saya malam itu, Resolusi tahun baru kurang memiliki power di bandingkan dengan kata raja'. Meskipun belum ada penelitian tentang raja' yang membuktikan bahwa kata ini berhasil membuat seseorang mewujudkan impiannya tetapi saya berkeyakinan kata tersebut memiliki power yang kuat. Pandangan saya barangkali subjektif dan perlu dibuktikan. Oleh karena itu mari kita buktikan sama-sama dan melihat hasilnya tahun depan.
Abdul Hamid*)
Ketua Dewan Pengurus Koperasi Syariah Mitra Masyarakat