Malaikat Maut Itu Bernama BBM - Akhir bulan Agustus kemarin, masyarakat di Kabupaten Kayong Utara di hebohkan oleh meinggal nya Seorang warga berusia 60 tahun bernama Zainuddin. Ia meninggal lantaran tidak bisa di rujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Ketapang. Meninggal nya Zainuddin menjadi headline di beberapa media surat kabar di Kalimantan Barat.
Tragis memang, karena penyebabnya bukan karena dia tidak punya jaminan kesehatan, tapi karena mobil ambulans milik Puskesmas Sukadana kehabisan bensin sehingga tidak bisa membawa pasiennya untuk di rujuk ke RSUD Ketapang.
Akibat kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi selama kurang lebih satu minggu membuat kabupaten Kayong Utara dan Ketapang nyaris lumpuh total. Harga bensin di pedagang mencapai 20.000 perliternya, Bahkan ada pedagang eceran yang menjual dengan harga Rp. 50.000 per liternya. Harga yang di patok oleh pengecer tersebut adalah metode harga aji mumpung. Mumpung BBM sedang langka. Mumpung ada yang beli dengan harga yang tinggi. Kapan lagi dapat untung banyak, kalau tidak cerdik memanfaatkan situasi?
Kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi di Kabupaten Ketapang dan Kayong Utara itu bukan di picu oleh melemahnya rupiah terhadap nilai tukar Dollar Amerika Serikat. Tapi diakibatkan oleh tersendatnya pasokan dari Pertamina ke Jober Ketapang. Kapal penyuplai BBM dari Pertamina tersendat air sungai yang surut. Sehingga kapal pengangkut BBM tidak bisa masuk ke sungai karena kandas di muara.
Kejadian semacam ini tidak saja rutin melanda Kabupaten Ketapang dan Kayong Utara. Tapi hampir seluruh kabupaten dan kota di Kalimantan Barat kala musim kemarau datang. Surutnya air sungai tidak hanya mengeringkan parit-parit, tapi juga mengeringkan tangki kendaraan.
Ketergantungan Indonesia kepada BBM memang cukup besar. Hampir sepuluh tahun terakhir ini, BBM tidak hanya menjadi urat nadi kehidupan masyarakat di Indonesia, tapi juga menjadi urat nyawa rakyat Indonesia. BBM solah menjadi 'pemain' utama yang menggerakkan roda perekonomian bangsa. Mulai dari transportasi darat dan laut, kebutuhan rumah tangga, industri kecil dan besar, rumah sakit hingga pasokan listrik pun digerakkan oleh energi fosil yang namanya BBM. Benar-Benar Menakjubkan.
Bahkan konon, menurut data Dewan Energi Nasional, Pemerintah Indonesia harus mengeluarkan uang sebesar 874 Miliar rupiah per hari untuk impor minyak guna memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri yang notabene peruntukannya banyak di gunakan oleh kendaraan pribadi. Benar-Benar Mencengangkan.
Indonesia termasuk negara yang boros dalam penggunaan BBM. Pemborosan penggunaan BBM di negeri ini lagi-lagi di sebabkan oleh aktivitas pergerakan masyarakatnya yang mengedepankan kendaraan pribadi dibandingkan dengan menggunakan kendaraan publik. Banyak orang yang pergi bekerja memakai mobil pribadinya hanya berpenumpang satu atau dua orang. Bahkan bisa jadi, bagi keluarga yang kaya, anak-anaknya memakai mobil sendiri-sendiri untuk beraktivitas. Ini adalah bentuk pemborosan dari tingkat keluarga.
Asumsinya sederhana saja, jika di sebuah provinsi setiap hari sebuah mobil rata-rata menghabiskan 10 liter BBM per hari dengan jumlah 2 juta mobil/per hari. Maka akan menghabiskan 20.000 kilo liter BBM di provinsi tersebut. Jumlah ini belum termasuk BBM untuk sepeda motor yang jumlah nya mencapai 86,253 juta unit di seluruh Indonesia. Benar-Benar Memperihatinkan.
Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, mestinya menjadi contoh perilaku hidup hemat. Agama Islam sebagai agama yang Rahmatan Lil Alamiin, melarang keras kepada umatnya untuk menjalankan hidup secara berlebih-lebihan dan bermewah-mewahan. Bukan tanpa sebab larangan itu dikeluarkan, agar umat Islam benar-benar menjauhi perilaku hidup konsumtif dan boros.
Pola hidup boros adalah salah satu tipu daya setan yang membuat harta menjadi tidak efektif dan tidak memiliki nilai manfaat. Harta yang dimiliki justru efektif menjerumuskan, menjebak dan membelenggu manusia dalam kubangan tipu daya setan. Allah SWT sudah menegaskan dalam Al-Qur’an Surah Al-Isro’ Ayat 26 27 : “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan.”
Selain berhemat, Pemerintah juga mesti konsisten dan serius dalam mewujudkan program konversi energi ke gas bumi yang menjadi Nawacita Presiden Jokowi pada saat kampanye pilpres tahun lalu. Presiden Jokowi wajib memenuhi janjinya untuk mewujudkan kedaulatan energi dengan mengurangi impor BBM dan mendorong pemanfaatan energi terbarukan. Program konversi pembangkit listrik dari BBM ke gas bumi dan batu bara adalah kebutuhan yang mendesak dan harus segera direalisasikan.
Jangan sampai kelangkaan BBM terjadi secara massal. Kelangkaan BBM dalam jangka waktu yang cukup lama tidak hanya melumpuhkan aktivitas transportasi seperti yang terjadi di Kabupaten Ketapang dan Kayong Utara, tetapi juga melumpuhkan semua aktivitas pelayanan publik. Tidak terkecuali rumah sakit, yang pasokan listriknya menggunakan bahan bakar minyak.
Tidak bisa kita bayangkan kalau listrik mati dalam jangka waktu lama. Keberlangsungan hidup para pasien rumah sakit yang berkaitan erat dengan operasi yang membutuhkan listrik untuk menjalankannya akan berakibat fatal pada nyawa pasien. Hilangnya BBM bisa jadi membuat nyawa pasien melayang. BBM kini seolah sudah menjelma menjadi malaikat maut yang membayangi kehidupan masyarakat Indonesia. Benar-Benar Menakutkan.
Tragis memang, karena penyebabnya bukan karena dia tidak punya jaminan kesehatan, tapi karena mobil ambulans milik Puskesmas Sukadana kehabisan bensin sehingga tidak bisa membawa pasiennya untuk di rujuk ke RSUD Ketapang.
Akibat kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi selama kurang lebih satu minggu membuat kabupaten Kayong Utara dan Ketapang nyaris lumpuh total. Harga bensin di pedagang mencapai 20.000 perliternya, Bahkan ada pedagang eceran yang menjual dengan harga Rp. 50.000 per liternya. Harga yang di patok oleh pengecer tersebut adalah metode harga aji mumpung. Mumpung BBM sedang langka. Mumpung ada yang beli dengan harga yang tinggi. Kapan lagi dapat untung banyak, kalau tidak cerdik memanfaatkan situasi?
Kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi di Kabupaten Ketapang dan Kayong Utara itu bukan di picu oleh melemahnya rupiah terhadap nilai tukar Dollar Amerika Serikat. Tapi diakibatkan oleh tersendatnya pasokan dari Pertamina ke Jober Ketapang. Kapal penyuplai BBM dari Pertamina tersendat air sungai yang surut. Sehingga kapal pengangkut BBM tidak bisa masuk ke sungai karena kandas di muara.
Kejadian semacam ini tidak saja rutin melanda Kabupaten Ketapang dan Kayong Utara. Tapi hampir seluruh kabupaten dan kota di Kalimantan Barat kala musim kemarau datang. Surutnya air sungai tidak hanya mengeringkan parit-parit, tapi juga mengeringkan tangki kendaraan.
Ketergantungan Indonesia kepada BBM memang cukup besar. Hampir sepuluh tahun terakhir ini, BBM tidak hanya menjadi urat nadi kehidupan masyarakat di Indonesia, tapi juga menjadi urat nyawa rakyat Indonesia. BBM solah menjadi 'pemain' utama yang menggerakkan roda perekonomian bangsa. Mulai dari transportasi darat dan laut, kebutuhan rumah tangga, industri kecil dan besar, rumah sakit hingga pasokan listrik pun digerakkan oleh energi fosil yang namanya BBM. Benar-Benar Menakjubkan.
Bahkan konon, menurut data Dewan Energi Nasional, Pemerintah Indonesia harus mengeluarkan uang sebesar 874 Miliar rupiah per hari untuk impor minyak guna memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri yang notabene peruntukannya banyak di gunakan oleh kendaraan pribadi. Benar-Benar Mencengangkan.
Indonesia termasuk negara yang boros dalam penggunaan BBM. Pemborosan penggunaan BBM di negeri ini lagi-lagi di sebabkan oleh aktivitas pergerakan masyarakatnya yang mengedepankan kendaraan pribadi dibandingkan dengan menggunakan kendaraan publik. Banyak orang yang pergi bekerja memakai mobil pribadinya hanya berpenumpang satu atau dua orang. Bahkan bisa jadi, bagi keluarga yang kaya, anak-anaknya memakai mobil sendiri-sendiri untuk beraktivitas. Ini adalah bentuk pemborosan dari tingkat keluarga.
Asumsinya sederhana saja, jika di sebuah provinsi setiap hari sebuah mobil rata-rata menghabiskan 10 liter BBM per hari dengan jumlah 2 juta mobil/per hari. Maka akan menghabiskan 20.000 kilo liter BBM di provinsi tersebut. Jumlah ini belum termasuk BBM untuk sepeda motor yang jumlah nya mencapai 86,253 juta unit di seluruh Indonesia. Benar-Benar Memperihatinkan.
Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, mestinya menjadi contoh perilaku hidup hemat. Agama Islam sebagai agama yang Rahmatan Lil Alamiin, melarang keras kepada umatnya untuk menjalankan hidup secara berlebih-lebihan dan bermewah-mewahan. Bukan tanpa sebab larangan itu dikeluarkan, agar umat Islam benar-benar menjauhi perilaku hidup konsumtif dan boros.
Pola hidup boros adalah salah satu tipu daya setan yang membuat harta menjadi tidak efektif dan tidak memiliki nilai manfaat. Harta yang dimiliki justru efektif menjerumuskan, menjebak dan membelenggu manusia dalam kubangan tipu daya setan. Allah SWT sudah menegaskan dalam Al-Qur’an Surah Al-Isro’ Ayat 26 27 : “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan.”
Selain berhemat, Pemerintah juga mesti konsisten dan serius dalam mewujudkan program konversi energi ke gas bumi yang menjadi Nawacita Presiden Jokowi pada saat kampanye pilpres tahun lalu. Presiden Jokowi wajib memenuhi janjinya untuk mewujudkan kedaulatan energi dengan mengurangi impor BBM dan mendorong pemanfaatan energi terbarukan. Program konversi pembangkit listrik dari BBM ke gas bumi dan batu bara adalah kebutuhan yang mendesak dan harus segera direalisasikan.
Jangan sampai kelangkaan BBM terjadi secara massal. Kelangkaan BBM dalam jangka waktu yang cukup lama tidak hanya melumpuhkan aktivitas transportasi seperti yang terjadi di Kabupaten Ketapang dan Kayong Utara, tetapi juga melumpuhkan semua aktivitas pelayanan publik. Tidak terkecuali rumah sakit, yang pasokan listriknya menggunakan bahan bakar minyak.
Tidak bisa kita bayangkan kalau listrik mati dalam jangka waktu lama. Keberlangsungan hidup para pasien rumah sakit yang berkaitan erat dengan operasi yang membutuhkan listrik untuk menjalankannya akan berakibat fatal pada nyawa pasien. Hilangnya BBM bisa jadi membuat nyawa pasien melayang. BBM kini seolah sudah menjelma menjadi malaikat maut yang membayangi kehidupan masyarakat Indonesia. Benar-Benar Menakutkan.