Suasana Tellasan Topa' di rumahku |
Tellasan Topa'
Oleh : Abdul Hamid, SE
Tellasan topa' atau dalam bahasa Indonesia nya disebut dengan lebaran ketupat merupakan puncak dari perayaan Idul Fitri. Dalam tradisi masyarakat Madura, baik yang tinggal di pulau Madura maupun yang hidup di daerah perantauan. Perayaan Tellasan topak dilaksanakan seminggu setelah Hari Raya Idul Fitri, atau tepatnya hari ke 7.
Persis hari ini, 7 hari setelah lebaran idul fitri, keluarga kami merayakannya. Ibu saya sedari pagi sudah sibuk mencari daun janur (daun kelapa muda) sebagai bahan utama untuk membuat topa' (ketupat).
"Ayo,.. kumpul kesini semua yang mau belajar buat ketupat. Kalau ngaku orang Madura harus pandai buat ketupat." Ajak ibu kepada kami yang baru selesai merapikan ruang tamu.
Kami bertiga; saya, isteri saya dan sepupu saya Miskiyah duduk melingkar mengikuti instruksi ibu. Mula-mula ibu memberi contoh dengan mengulung janur sampai tiga kali gulungan pada tangan kami dengan posisi pangkal janur menghadap ke atas. lalu ibu mengmbil janur satu lagi, dengan menggulungkan juga pada tangan kami sebanyak tiga kali. Namun kali ini posisi pangkal janur menghadap ke bawah.
Kemudian, kami di suruh mengikuti petunjuknya dengan membuat kedua gulungan janur tapi saling bersilangan. Namun janur harus tetap dalam posisi tergulung.
"Ambil salah satu ujung janur dan putar ke belakang susunan janur tadi." Perintah ibu setelah dia memberikan contoh terlebih dahulu.
Lalu kami memasukkan ujung janur yang sudah diputar ke belakang tadi ke janur yang berada pada posisi tengah. Cara memasukkan janur tersebut persis seperti menganyam. Perlahan, kami disuruh untuk meneruskan anyaman tadi sampai bawah. Anyaman janur sudah mulai berbentuk ketupat. Lalu kami diperintahkan untuk melakukan hal yang sama pada ujung janur yang satunya lagi. Pangkal janur yang sudah terletak di samping, ternyata langsung bisa dianyam ke atas. Kami lakukan hal ini pada kedua pangkal janur hingga bertemu di bagian atas ketupat. Selesai, Keteputpun tinggal di isi dengan beras yang sudah di cuci terlebih dahulu.
Membuat ketupat dari janur memang relatif lebih mudah ketimbang membuat dari korong yang bahan nya diambil dari pohon siwalan (pohon gula merah). Dahulu, ketupat di Madura umumnya dibuat dari korong (janur) dari pohon siwalan. Jadi, rasanya lebih nikmat karena wangi janurnya membekas. Bahan bakunya, yakni pohon siwalan juga mudah di dapat ketimbang pohon kelapa yang hanya bisa di jumpai di daerah pesisir pulau Madura.
Menjelang sore, saya disuruh oleh paman untuk mengundang para tetangga ke rumah. Tetangga yang kami undang hanyalah kaum lelaki saja. Mereka di undang ke rumah untuk membaca doa selamat. Dari empat rumah di Gang Gungung Puting III, Kelurahan Sungai Jawi hanya 3 rumah yang kami undang. Satu rumah, cukup kami antar ketupat dan lauk kerumahnya langsung. Satu rumah yang posisinya paling depan di gang kami itu beragama Nasrani.
Tetangga yang kami undang semuanya hadir. Meskipun tidak semua laki-laki dalam satu rumah yang kami undang hadir semua. Namun, masing-masing kepala keluarga datang ke rumah.
Tiga piring Ketupat, yang masing-masing berisi 7 ikat, lengkap dengan lauk opor ayam sudah siap tersaji. 7 ikat ketupat tersebut melambangkan dari 7 hari lebaran. Makna tellasan topak bagi orang Madura memiliki makna mendalam. Tellasan topa’ adalah wujud dari jalinan silaturrahmi yang harus tetap dipelihara sehabis lebaran. Sebagaimana bentuk ketupat sendiri yang terbentuk dari ikatan kuat lewat rangkaian janur. Saling menelusup hingga membentuk jalinan yang rapi dan kuat.
Prosesi acara tellasan topak dipimpin oleh seorang ustad atau orang yang pandai dalam ilmu agama. Di Gang Gunung Puting Tiga, Selain saya sendiri, Ustad Mas'ud adalah orang yang sering ditunjuk untuk membaca doa. Diawali dengan pembacaan tawasul yang kemudian dikuti oleh undangan dengan membaca Surah Al-Fatihah, Surah Al-Ikhlas sebanyak 3 kali, Surah Al-Alak 1 kali, Surah An-Nas 1 kali. Lalu ditutup dengan doa. Selesai membaca doa, acara dilanjutkan dengan makan ketupat bersama.
Di Pulau Madura sendiri, Setiap daerah memiliki cara tersendiri dalam merayakan Tellasan Topak. Di Banyuanyar Misalnya, memilki tradisi unik saat menyambut Tellasan Topak. Tidak hanya warga yang menikmati makna Tellasan Topak namun juga sejumlah hewan ternak mereka seperti sapi dan kambing juga turut merayakan. Beberapa kambing milik warga disana sengaja dilepas dan dibiarkan keluar kandang pada saat lebaran ketupat dengan menggunakan kalung ketupat.