Oleh : Abdul Hamid, SE*)
"Malam ini adalah Malam Nisfu Sya'ban (Malam Tutup Buku Amal). Jadi, Maafkan segala kesalahan dan dosaku ya kawan. Mungkin terselip khilaf dalam canda, tergores luka dalam tawa, terbelit pilu dalam tingkah, tersinggung rasa dalam bicara. Maka sebelum memasuki Ramadan bulan depan. Maafkan segala kesalahanku. Mari kita memasuki ramadan nan suci dengan hati yang suci. Amin,.. "
Begitulah bunyi salah satu Short Message Service (SMS) yang saya terima ketika hendak pulang dari tempat kerja. Sontak, saya pu tersadar jikalau malam ini adalah malam nisfu sya'ban. Malam pertengahan bulan sya'ban, yang oleh orang Madura dikenal dengan malam Malem Sya'benan.
Saya segera pulang hendak memberi tahu isteri saya. Begitu sampai di rumah, isteri saya sedang sibuk memasak di dapur. Rupanya dia sudah tahu jikalau malam ini adalah malam nisfu sya'ban. Sebuah kuali besar, berisi ayam yang sudah di potong-potong tersaji diatas kompor. Aroma bumbu kari menyeruak ke hidung kala saya mendekatnya.
"Tinggal Nasinya yang belum masak. Nanti kalau nasinya sudah masak. Paman nyuruh ayah ngundang tetangga." Ujar isteri saya.
Didalam tradisi orang Madura, Sya'banan tidak hanya dikenal dengan malam pergantian buku catatan amal, tetapi juga malam untuk ruwahan (abe rebbe) mengundang para tetangga untuk membaca doa. Biasanya menjelang malam sya'ban, Mulai dari selepas solat dzuhur hingga seusai solat Isya', bergantian dari rumah ke rumah membaca doa. Pamandangan ini lazim kita jumpai jika dalam suatu kampung terdapat banyak orang Madura yang tinggal menetap di wilayah tersebut. Meskipun di tanah rantau sekalipun. Mereka masih tetap menjaga tradisi dari kampung halamannya, pulau Madura. Tradisi ruwahan dari rumah-ke rumah di malam nisfu sya'ban memang tidak terlepas dari anjuran agama Islam untuk bersedekah. Apalagi orang Madura dikenal memiliki rasa persaudaraan yang kental.
Hidangan yang biasa disajikan dari rumah ke rumah tentu saja berbeda. bergantung dengan kemampuan ekonomi orang yang punya rumah. Kadang ayam masak kari, kadang rendang daging sapi, hingga telur rebus masak kuah santan yang disajikan dengan nasi putih biasa. Tidak ada makanan, atau sesajian yang khusus sebagaimana dalam tradisi Maulid Nabi.
Tradisi sya'banan selain di peringati dari rumah ke rumah juga di peringati di Masjid maupun mushola. Orang Madura juga ikut berbaur dengan suku lain yang sama-sama muslim untuk membaca surah yasin sebanyak tiga kali dengan niat semoga diberi umur panjang, diberikan rezeki yang banyak dan barokah, serta ditetapkan imannya (dikuatkan keimanannya).
Selain membaca surah Yasin, tradisi lain yang dilakukan oleh orang Madura khususnya orang Madura yang tinggal di pulau Madura adalah berburu maaf. Biasanya setelah membaca surah yasin bersama-sama baik di rumah maupun di masjid. Orang Madura akan berhamburan keluar kerumah untuk saling meminta maaf. Bermaaf maafan dengan orang tua, kerabat, tetangga dan tentu saja guru, terutama guru ngaji yang mendapat penghormatan istimewa bagi orang Madura.
Di Kota Pontianak sendiri jarang saya jumpai. Kecuali orang Madura yang tinggal di kampung-kampung, seperti di kampung isteri saya, Pematang Rambai, Kuala Mandor A. Disana, malam nisfu sya'ban mirip seperti di pulau Madura. Masih banyak juga orang yang melakukan ruwahan kemudian saling bermaaf-maafan selayaknya lebaran.
Tradisi malem sya'benan memang sudah tidak semeriah di zaman dulu. Dahulu, sekitar tahun 80-an sampai 90- an jalanan di Madura dipadati oleh orang-orang yang hilir mudik untuk saling bermaaf-maafan. Sekarang, di pulau Madura sendiri tradisi tersebut sudah berkurang kemeriahannya. Anak-anak muda lebih memilih bermaaf-maafan dengan berkirim pesan melalui sms, bbm, dan facebook.