Aneka buah yang menjadi hantaran Tradisi Cocoghen |
Cocoghen, Tradisi Menyambut Bulan Kelahiran Nabi Muhammad.
Oleh : Abdul Hamid, SE*)
Perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW terasa istimewa bagi setiap umat Islam di seluruh penjuru dunia. Tidak terkecuali bagi masyarakat Indonesia yang kaya dengan keberagaman suku dan budaya nya. Masing-masing daerah di Indonesia punya tradisi tersendiri dalam memaknai Milad kelahiran Nabi akhir zaman tersebut. Bahkan, orang Madura punya tradisi yang cukup unik dalam menyambut datangnya bulan Rabiul Awal. Penentuan tanggal 1 Rabiul awal sangat di nanti selayak nya penentuan tanggal 1 Ramadan ataupun tanggal 1 syawal untuk menentukan hari lebaran.
Seperti kemarin, ketika kami melaksanakan tradisi malam Cocoghen. 'Suksesi' pergantian malam tersebut kami sambut dengan suka cita. Aneka buah yang dihias, tersaji diatas nampan / talam untuk diantarkan ke Masjid di dekat rumah kami, Masjid Al Fajar Kelurahan Sungai Bangkong Kota Pontianak.
Di Dalam nampan ukuran besar tersebut berisi aneka buah- buahan diantaranya : Satu sisir buah pisang, tiga buah apel, beberapa ikat buah rambutan, jeruk, salak, sepotong tebu, dua buah nanas yang sudah dikupas dan dihias, dan satu buah kelapa yang sudah dikupas kulit luar nya lalu ditancapkan lidi yang diujungnya terdapat bunga kenanga dan lembaran uang kertas yang kami sebut slabet. Semua buah tersebut merupakan bagian dari pernak-pernik dalam tradisi malam Cocoghen.
Cocoghen atau dalam bahasa Indonesia memiliki arti mencocokkan, adalah bagian dari tradisi orang Madura dalam menyambut tanggal 1 Rabiul Awal atau dalam bahasa Maduranya disebut dengan Bulan Molod.
Kemeriahan malam cocoghen terasa sekali saat menjelang sholat magrib. Meskipun kami tinggal di tanah rantau, namun beberapa tetangga kami yang Suku Madura beramai-ramai membawa nampan yang berisi aneka buah ke Masjid untuk didoakan oleh kiai atau ustad yang tinggal dilingkungan Masjid.
Prosesi cocoghen dimulai seusai sholat magrib. Jamaah yang hadir berkumpul, tidak hanya Suku Madura, tapi dari suku Melayu, Bugis, Jawa dan beberapa suku lain yang ikut dalam sholat magrib berjamaah pun turut serta duduk bersama meskipun mereka tidak membawa sajian sebagaimana kami (keluarga saya dan suku beberapa madura yang tinggal di lingkungan masjid Al-Fajar).
Sebelum pembacaan sholawat nabi dimulai. tumpeng dan nampan yang berisi aneka buah di sejajarkan di tengah-tengah orang yang duduk melingkar untuk membaca sholawat. Sholawat yang umum di baca adalah Majmu' Maulid Syarofal Anam. meskipun tidak menjadi bacaan wajib, namun sholawat tersebut lazim dibaca ketimbang maulid Habsy ataupun maulid Diba'.
Maulid Syarofal Anam berisi tentang sejarah kelahiran Nabi Muhammad, Masa kanak-kanak dan remaja beliau, sifat-sifat Nabi Muhammad yang luhur budi, penyabar, rendah hati dan lain lain. Masa Kenabian, Tantangan dakwah perjuangan Nabi hingga detik-detik kematian nya. Seolah-olah pembacaan Syarofal Anam menyegarkan kembali ingatan kita pada Nabi Muhammad.
Puncak kemeriahan adalah pada saat pembacaan Syarofal Anam sudah selesai. Anak-anak dan beberapa orang tua berebut aneka buah-buahan yang ada dalam nampan. Dalam tradisi cocoghen, hidangan buah-buahan adalah hidangan paling favorit menjadi rebutan anak-anak. Dan tak jarang pula orang tua ikut berebut buah yang tersaji sejajar di depan nya.
Selesai berebut buah-buahan, giliran makan bersama. Makanan yang umum disajikan atau dibawa oleh orang madura adalah ayam berkuah dengan nasi tumpeng yang sebelumnya sudah di doakan. Seusai makan bersama, para undangan pun kembali kerumah nya masing-masing.
Tradisi cocoghen bagi orang Madura memiliki nilai tersendiri, disamping untuk merayakan kalahiran kekasih Allah yakni Nabi Muhammad SAW, Tradisi cocoghen juga dianggap membawa keberkahan dalam kehidupan sehari-hari orang Madura.