Rumah Budaya Madura di Jl. Selat Panjang II Pontianak |
Oleh : Abdul Hamid, SE*)
Kemarin, sebelum berkunjung ke rumah Mistur, salah satu teman saya yang tinggal di Komplek Permata Golf Residence, saya sempat singgah ke Rumah Budaya Madura yang terletak di Jalan Selat Panjang II Kecamatan Pontianak Utara. Pembangunan nya hampir rampung. Atap dan keramiknya sudah terpasang. Tinggal pengecatan, penambahan ornamen dan pemasangan listrik. Dari luar tampak megah. Bangga sekali rasanya Rumah Budaya Madura menjadi bagian dari kekayaan etnik di bumi khatulistiwa ini.
Memang, diawal-awal pendirian rumah budaya Madura menuai pro dan kontra. Ada sebagian oknum dari suku Melayu dan Dayak yang menolak keberadaan Rumah Budaya Madura. Bahkan ketika teman saya Ilham Maulana yang kuliah di IKIP PGRI Pontianak memposting foto peletakan batu pertama di media sosial Facebook, Beberapa komentar miring muncul dari kawan-kawan sekelasnya.
Respon negatif dari beberapa oknum suku Melayu dan Dayak tidak menyurutkan semangat pengurus Ikatan Keluarga Besar Madura (IKBM) Kalimantan Barat. Apalagi itu hanya opini segelintir orang saja. Pemerintah daerah justru memberikan dukungan terhadap keberadaan Rumah Budaya Madura. Saat peletakan batu pertama, Bupati Kubu Raya, Wakil Walikota Pontianak, Anggota Legislatif, Pimpinan Ormas, perwakilan Dewan Adat Dayak, Majelis Adat Budaya Melayu, Majelis Adat Budaya Tionghua turut hadir dan memberikan dukungan. Bahkan dua anggota DPR RI asal Kalbar yakni Karoline Margaret Natasha dan Syarif Abdullah Al-Kadri turut menyumbang semen dan sejumlah uang demi kelancaran pembangunan rumah budaya Madura.
Kehadiran sejumlah tokoh dari lintas etnis dan perwakilan pemerintah menepis anggapan miring tentang pembangunan Rumah Budaya Madura. Apalagi, Pembangunan Rumah Budaya Madura di Kalimantan Barat memang bukan untuk gagah-gagahan. Keberadaan rumah budaya adalah untuk memperkenalkan identitas budaya Madura yang menjunjung tinggi nilai persaudaraan.
Nilai persaudaraan orang Madura bisa kita lihat dari bentuk rumah dan tanean lanjhang (halaman panjang) nya. Tanean Lanjhang adalah Permukiman tradisional orang Madura, dimana terdapat kumpulan rumah yang terdiri atas keluarga-keluarga yang mengikatnya. Letaknya sangat berdekatan dengan lahan garapan, mata air atau sungai.
Ada hal yang tunik dari segi bangunan Tanean Lanjhang, selain dari bentuknya yang berupa rumah bangsal, cungkup atap bangunan juga menyiratkan bahwa yang tinggal di dalamnya adalah membedakan antara jenis misalnya perempuan atau laki-laki. Hal tersebut bisa dilihat dari bentuk cungkupnya. Laki-laki biasanya berbentuk cungkup yang menyeruapi bentuk tanduk, sedangkan bentuk cungkup bangunan dari perempuan adalah berbentuk cungkup biasa.
Adapun Tanean atau halaman dalam bahasa Indonesia nya merupakan ruang utama yang berfungsi sebagai tempat bersosialisasi antar anggota keluarga, tempat bermain, tempat melakukan ritual keluarga, tempat menjemur hasil pertanian dan kegiatan lain yang melibatkan banyak orang.
Bagi orang Madura tanean adalah adalah tempat berkomunikasi dan mengikat hubungan satu keluarga dengan keluarga yang lain. Peran tanean sangat penting karena disinilah kebersamaan dibangun. Tanean sifatnya terbuka dengan tidak dipagar secara permanen. Meskipun demikian, untuk memasuki tanean harus melalui pintu utama yang tersedia. Apabila seseorang memasuki tanean tanpa melewati pintu utama maka akan dianggap sebagai orang yang tidak sopan.
Rumah Budaya Madura yang berdiri megah di Pontianak konon memang sengaja dibuat menyerupai rumah adat budaya Madura yang ada di pulau Madura sendiri. Saya berharap, kehadiran rumah budaya Madura ini betul-betul memperkenalkan identitas budaya madura yang kaya akan tatakrama dan juga kaya dengan tradisi-tradisi yang menjunjung nilai-nilai persaudaraan antar sesama.
Pontianak, 25 Syawal 1437 H