MELEJITKAN ETOS KERJA DI BULAN PUASA - INSPIRASI SYARIAH

Minggu, 28 Mei 2017

MELEJITKAN ETOS KERJA DI BULAN PUASA

Oleh : Abdul Hamid, S.E*) 
Mahasiswa Kelas E Jurusan Ekonomi Islam "menjerit" ketika saya meminta jadwal perkuliahan di bulan puasa dimajukan ke jam 7 pagi. Mereka keberatan karena pada jam tersebut, mereka baru bangun tidur. Memang, sebagian besar orang lebih memilih untuk tidur setelah melaksanakan solat subuh. Efek kantuk di waktu solat subuh dikarenakan kekenyangan setelah makan sahur.

Tidur setelah sahur memang tidak haram. Namun dari sisi kesehatan, tidur setelah sahur sangat tidak dianjurkan bahkan dalam kategori dilarang karena dampak buruknya sangat banyak.  Diantaranya adalah penyakit asam labung dan refluks

Refluks merupakan penyakit yang timbul karena kelemahan katup antara lambung dengan kerongkongan. Makanan yang belum dicerna maka bisa berbalik dari lambung ke kerongkongan (atau biasa disebut refluks) karena pengaruh gravitasi akibat kita tidur. Jika terjadi refluks maka asam lambung akan naik dan melukai kerongkongan. Karena mengalami luka, kerongkongan akan terasa panas seperti terbakar, dan mulut pun terasa pahit. 

Normalnya, isi lambung kita akan kosong kembali sekitar dua jam setelah makan, tapi kalau posisi tubuh kita berada pada posisi berbaring, maka proses pengosongan lambung akan terhambat. Hal inilah yang mengakibatkan timbulnya gangguan pencernaan seperti mencret atau sembelit tergantung bahan makanan yang kita makan.

Selain tidak baik dari sisi kesehatan, tidur setelah sahur juga akan menghilangkan semangat untuk bekerja. Mood akan berubah dan kondisi batinpun memburuk sehingga wajah kelihatan kurang bersemangat.

Dalam sebuah hadits riwayat Abu Nu’aim, Rasul bersabda  "Cairkan makanan kalian dengan berdzikir kepada Allah SWT dan shalat, serta janganlah kalian langsung tidur setelah makan, karena dapat membuat hati kalian menjadi keras.”

Rosululloh telah memberikan tuntunan pada kita bahwa makan sahur jangan ditinggalkan dan dianjurkan untuk diakhirkan waktunya jadi sampai menjelang subuh atau waktu imsyak, sehingga secara logika maka setelah sahur maka langsung dilanjutkan ibadah Sholat Subuh dan jika setelah sholat subuh dilanjutkan dengan dzikir yang cukup panjang hingga matahari terbit,  setelah itu waktunya untuk bekerja.

Memang, sebuah kewajaran jika saat menjalankan ibadah puasa tubuh kita terasa letih dan lemas terutama pada siang hari. Namun, tidak benar jika hal itu dijadikan sebagai justifikasi bagi kita untuk mengurangi produktivitas kerja. Rasulullah dan para sahabat tidak mencontohkan hal demikian. Peristiwa Perang Badar justru menunjukkan bahwa ibadah puasa Ramadan menjadi spirit untuk berjuang.

Dalam kajian sosiologi, agama memiliki peran penting dalam menumbuhkan semangat kerja para pemeluknya. Banyak temuan para sosiolog yang menunjukkan adanya korelasi signifikan antara ibadah seseorang dengan spirit untuk meraih keberhasilan dalam kehidupan. Korelasi tersebut muncul karena keyakinan mendalam para pemeluk agama dalam menjalankan kehidupan sesuai dengan tuntunan agamanya. Sekali lagi Puasa mendidik umat islam agar produktif, memiliki daya semangat juang dan etos kerja. Bukan untuk bermalas-malasan. 

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

Berkomentar sesuai dengan topik, gunakan Name dan URL jika ingin meninggalkan jejak, link hidup dalam komentar dilarang, melanggar kami hapus