Pagi ini, saya berangkat lebih awal untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan. Isteri saya mengerti kalau saya sedang banyak urusan. Tadi sebelum berangkat, sarapan pagi sudah siap. Dia masak lebih awal agar saya bisa sarapan dirumah. Kalau berangkat kerja sudah sarapan, menjalani aktivitas lebih semangat. Konsentrasi meningkat karena kebutuhan gizi sudah terpenuhi.
Jam 8 teng, saya sudah di Bank BTN. Bayar angsuran kredit rumah lebih awal. Jatuh tempo nya masih tanggal 7 bulan depan. Tapi, mumpung masih ada uang harus segera disisihkan, agar anggaran belanja keluarga bisa dikendalikan. Rasullullah pun menganjurkan untuk segera membayar hutang. Menunda bayar hutang disaat kondisi kita sedang mampu secara ekonomi merupakan sebuah kezaliman. Membayar hutang harus disegerakan.
Jos,.. kalau datang lebih awal. Tidak perlu antri berlama- lama di bank. Cukup 10 menit, pelayanan sudah beres. Tinggal serah terima kunci dari Developer. Dulu sempat ragu ambil kredit rumah di daerah Parit Aim. Disamping lokasinya jauh dari tempat kerja, kami juga jauh dari keluarga. Tapi saya berpikir tidak ada pilihan lagi. Makin ditunda untuk punya rumah, semakin mahal harga yang mesti kita keluarkan.
Jam 9 teng, sudah sampai di kantor Developer. Belum ada satu orangpun di dalam ruangan. padahal plang kantor sudah terpampang BUKA. Kurang lebih 5 menit menunggu, dua orang karyawan cewek datang meminta maaf pada saya. “Maaf bang telat 5 menit”. Saya Cuma mengangguk saja. Mereka lalu menyodorkan secarik kertas untuk saya tanda tangani. Serah terima perumahan. Begitu kira-kira inti dari perjanjian nya.
Karyawan itu lalu bercerita pada saya bahwa tingkat penjualan rumah yang saya ambil laku keras. Sudah terjual semua. Saya bersyukur, nanti kalau saya pindah sudah banyak penghuni disana. Hidup ini memang tidak boleh banyak dipikirkan, Dijalani saja dengan ikhlas. Pasti banyak hikmah yang bisa kita peroleh. Saya pun baru sadar, kalau pilihan saya ambil perumahan disana cukup tepat. Sudah ada sekitar 20 orang anggota KSPPS Kopsyah Mitra Masyarakat disana. Kalau tidak saya tempati tahun ini, minimal bisa difungsikan untuk kantor pelayanan kopsyah.
Terpikir tentang kopsyah, HP saya berdering. Ada dua pesan singkat masuk. Dua orang mahasiwa IAIN yang skripsinya tentang Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah sedang menunggu saya dikantor. Saya jawab tunggu saja, atau nanti siang balik lagi. Mereka janjinya datang ke kantor kemarin, tapi saya menunggu tak jua muncul. Ini konsekwensi tidak menepati janji.
Hari ini memang banyak urusan yang mesti saya selesaikan. Jadi saya bertindak disiplin saja. Jadwal saya selanjutnya adalah ke Kantor MUI Kalbar. Staff pengurus MUI Kalbar menyuruh saya untuk datang hari ini. Kuda besi yang saya tunggangi segera menuju Masjid Raya Mujahidin, tempat kantor MUI Kalimantan Barat.
Tepat jam 09.30 Teng, dua orang menemui saya. Belum ada tindak lanjut dari MUI. Sudah seminggu surat permohonan sertifikasi dewan pengawas syariah itu menginap disana. Saya mencoba untuk menempuh jalur informal. Menelpon sahabat Su Bro yang juga pengawas syariah untuk berkomunikasi dengan SEKUM MUI. Mohon untuk diberi kejelasan karena waktu yang diberikan untuk kopsyah hanya 1 bulan.
Persolan sertifikasi dan izin pendirian kopsyah memang sering membuat saya hampir selalu putus asa untuk mengurusnya. Sejak ditangani oleh menteri, perizinan untuk koperasi syariah yang ada unit pembiayaan syariah nya semakin rumit.
Lebih mudah membuat laporan keuangan daripada perizinan. Rambut makin tipis. Ruwet, dan banyak ujian kesabaran yang mesti dilewatinya. Kalau rasa putus asa sudah bergejolak, segera curhat sama Allah.
Daripada pikiran melamun di lantai satu, mending Naik ke lantai dua untuk sholat duha. Belum sempat takbir, HP sudah berdering, Ada kabar dari ‘kades’ kopsyah [Achenk] katanya ada orang yang mau jadi anggota kopsyah. Alhamdulillah, satu kemudahan sudah Allah tunjukkan sebelum kita ‘menghadap’ Nya.
Usai curhat sama Allah, seorang anak menghampiri saya. Mengucapkan salam, lalu salaman. Saya tanya namanya, dia Jawab Syarif Mahmud. Anak tersebut berkebutuhan khusus. Lama saya ajak ngobrol tentang bagaimana kehidupan kesehariannya? Pendidikan nya? Keluarganya? Hingga bacaan al-qur’an nya?
Saya terharu, dan kagum dengan semangat hidupnya. Ujian dan tantangan yang saya alami, rasanya tidak seberapa bila dibanding dengan ujian penderitaan kehidupan anak itu. Sebelum berpisah, saya memeluknya. Saya berterima kasih karena telah diberi “hikmah” dari perjalanan hidupnya. Didalam tubuhnya mengalir darah keturunan kekasih Allah, Muhammad SAW.