Salah seorang guru bertanya kepada saya disela-sela pelayanan TAMASA (kegiatan pelayanan produk Tabungan Masa Depan Siswa)di salah satu sekolah Madrasah Aliyah Swasta di Kecamatan Sungai Ambawang.
Apa untungnya Kopsyah melayani tabungan kecil kayak gini? Tanya siguru muda itu kepada saya. Dia bilang tabungan kecil, karena memang jumlah siswa yang menabung dalam hitungan rupiah memang kecil. Ada yang menabung Rp. 2.000 ada yang Rp. 5.000, paling besar Rp. 10.000.
Saya jawab, banyak manfaat yang bisa di dapat. Salah satu manfaat yang terpenting dan tak ternilai adalah kita bisa membangun kebiasaan siswa menabung.
Kegiatan Pelayanan Produk TAMASA ke sekolah sebagai upaya membangun kebiasaan siswa dalam menabung |
Membangun kebiasaan siswa menabung itu sekarang cukup sulit. Uang saku anak sekolah zaman sekarang memang banyak, berbeda dengan zaman saya dulu. Tetapi uang saku yang banyak itu sekarang cenderung dibelanjakan untuk hal-hal yang konsumtif. Tengok saja, gaya hidup anak sekolah zaman sekarang. Nongkrongnya lebih banyak di Cafe, berselancar dengan smartphone nya sambil menikmati minuman ala cafe. Uang saku habis dalam sehari. Susah mengontrol pengeluaran. Contoh yang paling sederhana adalah uang saku mereka habis untuk pembelian paket kuota untuk smart phonenya.
Paket kuota 5 GB bisa tidak cukup untuk satu bulan. Hasrat untuk main game dan nonton video di Yutube tidak bisa dikendalikan. Akhirnya, para orang tua dibuat galau karena kemudahan mengakses internet tidak berbuah manfaat. Bukan nya membuat anak makin cerdas dan rajin membaca. Malah justru kebanyakan kehadiran smartphone ditangan nya membuat mereka menjadi generasi pemalas. Gaya hidup mereka boros, dan kalau mereka belanja kecendrungan nya Impulsive Buying.
Kalau sudah demikian, jangan harap mereka kelak bisa menjadi "generasi emas" masa depan. Ingat, perilaku yang konsumtif bisa melahirkan generasi yang korup. Apa hubungan nya? Ada hubungan nya, orang yang perilakunya konsumtif tidak akan pernah merasa cukup dengan uang yang mereka miliki. Kurang pandai bersyukur.
Nabi menganjurkan ummatnya untuk hidup hemat, tidak berlebih-lebihan. Dalam hal berwudhu saja kita dianjurkan untuk hemat dalam penggunaan air. Apalagi uang, yang asal dan kemana dibelanjakan nya menjadi pertanyaan diakherat kelak?
Bisa kita bayangkan, jika nanti di pengadilan akhirat kita ditanya oleh malaikat, kemana uang saku kita dibelanjakan? Kalau jawaban nya beli kuota internet, lalu paket data tersebut dipakai untuk menonton video-video yang berbau porno di Yutube. Maka celakalah anak-anak kita dan orang tua yang tidak mengawasi pengeluaran anaknya.
Membiasakan anak-anak menabung kemudian membelanjakan uang dengan bijak, sebetulnya membantu anak dan orang tua dalam merencanakan kehidupan yang sukses di dunia dan akhirat. Saya kadang heran, mendengar ada anak di zaman sekarang ini setelah lulus SMA tidak bisa melanjutkan ke perguruan tinggi gara-gara tidak punya biaya untuk kuliah. Padahal, dulu sewaktu sekolah uang saku nya bisa mencapai Rp. 10.000 per hari.
Saya pernah bertanya ke salah satu siswa yang tinggal di daerah Ambawang. Kebetulan dia sudah kelas XII. Kalau sudah lulus mau kuliah dimana? Tanya saya pada dia. Dia menggeleng, katanya orang tuanya dari kalangan kurang mampu, dia ingin lanjut kuliah tapi tak ada biaya. Saya kemudian bertanya lebih lanjut. Uang saku mu tiap hari berapa? Dia Jawab Rp. 6.000, mulai dari kelas X dikasi segitu, tak naik-naik. Saya tertawa geli dan merasa prihatin.
Prihatin mendengar jawaban nya. Menurut saya anak tersebut bukan orang miskin, tapi dia sudah memiskin dirinya sendiri. Allah Maha Pemurah. Allah beri rezeki yang besar, tapi dia tak pandai dalam mengelola pemberian Tuhannya.
Kalau dia pandai mengelola uang, mestinya uang saku 6.000 tersebut dia tabung 3.000 selebihnya dia habiskan untuk jajan. Kalau seseorang menabung 3.000 saja tiap hari, maka dalam setahun dia sudah punya tabungan 1.095.000 jadi kalau tiga tahun akan terkumpul tabungan sebesar 3.285.000. Sungguh itu bukan sebuah nominal yang kecil untuk bekal kuliah. Jumlah tabungan nya bisa dipakai untuk biaya kuliah di kampus favorit di Kota Pontianak. Sayangnya banyak diantara para remaja justru baru menyadarinya akan pentingnya menabung jika sudah lulus sekolah. Terlambat*
*) Abdul Hamid, Ketua Pengurus Kopsyah Mitra Masyarakat