Sabtu Kemarin, seusai pulang dari acara pelantikan HIPSI (Himpunan Pengusaha Santri) Kalimantan Barat. Ada seorang pelajar yang menunggu kepulangan saya ke rumah. Pelajar tersebut tak lain adalah anggota TAMASA Kopsyah Mitra Masyarakat.
Dia ke rumah hendak mengambil semua saldo tabungan TAMASA nya. Saya tanya kenapa mau diambil semua? Jawabnya untuk membeli motor baru. Memang saldo tabungan anak tersebut jumlah nya melebihi jumlah tabungan pelajar yang lain. Bahkan lebih besar dari saldo tabungan saya serta pengurus Kopsyah yang lain. Kalau dibelikan jenis motor matic bisa beli yang buka bungkus.
Anak tersebut sudah aktif menabung sejak tiga bulan yang lalu. Hampir setiap seminggu sekali, jika kami melakukan kegiatan pelayanan disekolahnya dia yang paling antusias untuk menabung.
Karena tabungan nya relatif besar, jadi saya mengira tabungan nya akan diambil diakhir semester atau setelah dia lulus sekolah. Dalam rapat pengurus sempat kami bahas untuk memanfaatkan tabungan wadi'ah tersebut. Pun didalam Persus (Peraturan Khusus) produk TAMASA dibuat kebijakan, dimana setiap penarikan diatas 1 juta harus memberitahu sehari sebelumnya. Jadi tabungan TAMASA meskipun sifatnya wadi'ah bisa kita kelola. Kopsyah dalam tahun ini memang sedang gencar melakukan kajian untuk penyempurnaan baik itu produk, tata kola maupun kode etik yang sedang kami godok.
Saya juga berusaha untuk disiplin membatasi kas fisik di Kantor Cabang Ambawang. Kantor Cabang ini baru 3 bulan beroperasi. Khawatir pencurian, sebagian uang kami simpan di Bank, karena Kopsyah belum memiliki Berangkas. Jadi kalau kas sudah mencapai batas tertentu, kemudian pencairan pembiayaan sudah teralokasi. Uang yang ada segera kami alihkan ke Bank. Hanya berselang sehari saya nyetor ke Bank, Tiba-tiba uang yang puluhan juta saya setor tersebut harus di tarik lagi. Capek rasanya harus bolak balik.
Melakukan penarikan via ATM tidak memungkinkan, karena penarikan di ATM jumlah saldonya di batasi. Sayapun melakukan negosiasi agar dia melakukan penarikan di hari senin. Dia mengangguk, hanya sebelum pulang dia meminta menarik tabungan nya sebesar Rp. 100.000 untuk jajan. Saya kabulkan permintaan nya, dan siswa tersebut kembali pada hari senin.
Dari kejadian tersebut, saya dan pengurus Kopsyah banyak mendapat hikmah. Pertama; Penting bagi kopsyah untuk menjaga kepercayaan anggota. Keberhasilan lembaga keuangan seperti Credit Union memang tidak terlepas dari kepercayaan para anggotanya. Dulu CU dilanda isu kristenisasi, tapi seiring dengan keterbukaan mereka. Isu itu perlahan bisa mereka tepis. Hampir tidak ada cerita orang kesulitan menarik tabungan nya. Maka banyak sekarang umat islam menjadi anggota bahkan menjadi pengurus. Alasan paling utama mereka memilih lembaga keuangan ini sederhana, karena ada “rasa” jaminan keamanan terhadap tabungan anggotanya. Orang memang mencari pelayanan yang bisa dipercayai.
Berbeda dengan citra BMT yang sedang diuji kepercayaan nya. Menurunnya tingkat kepercayaan kepada BMT dan koperasi syariah tidak terlepas dari rasa trauma beberapa kasus BMT di Kalbar yang bermasalah. Membangun kepercayaan ternyata sangat sulit, dan tidak sebagaimana sebaliknya, meruntuhkan sangat mudah. Heran nya BMT-BMT yang bermasalah tersebut justru berada di "jantung" ummat. Yakni masjid dan pesantren.
Hikmah Kedua; Kita tidak boleh terlalu gembira dengan seseorang yang menabung dengan jumlah besar karena bisa jadi kalau kita salah memutar uang tabungan nya. Akan menjadi masalah besar bagi Kopsyah. Jika seseorang tiba-tiba ingin mengambil uangnya kemudian Kopsyah tidak dapat menyediakan uangnya, maka akan terjadi percikan rasa curiga kepada Pengurus Kopsyah. Pengurus akan dicap sebagai orang yang tidak amanah. Kalau sudah demikian, maka kasus ketidaktersediaan uang akan mengundang terjadi nya Rush.
Ketiga; Kopsyah harus disiplin dalam pengelolaan keuangan. Jangan terpancing karena banyaknya uang kas kemudian dengan mudah Kopsyah menggelontorkan pinjaman kepada anggotanya. Ini lazim terjadi pada lembaga keuangan mikro syariah dimana banyak BMT yang diurus oleh teman-teman saya "mati mendadak" lantaran tidak disiplin dalam mengelola amanah anggotanya.
Tergiur dengan uang yang banyak, sehingga banyak pengurus BMT dan koperasi syariah salah langkah. Melakukan bisnis dan penyaluran pembiayaan diluar Core bisnisnya. Pengurus yang dahulunya bergaya hidup sederhana berubah menjadi hidup mewah. Tapi biasanya itu tidak berlangsung lama. Karena praktik bisnis diluar core bisnis BMT dan koperasi syariah seringkali membawa masalah.
Sedemikian sulit mengelola uang aggota dan membangun kepercayaan itu, tetapi juga sebaliknya, sedemikian mudah meruntuhkannya. Jika sebuah lembaga keuangan sudah diketahui tidak amanah atau tidak pantas dipercaya lagi, maka segeralah masyarakat meninggalkannya. Semoga Kopsyah terus bisa menjaga amanah dan kepercayaan aggota supaya banyak maslahah yang diperolehnya*
Abdul Hamid, S.E*) Ketua Pengurus Kopsyah Mitra Masyarakat.