Selain ari-ari (Tamoni) pada bayi yang baru lahir, Organ tubuh bayi yang juga mendapat perhatian khusus bagi orang Madura adalah tali pusar atau yang dalam bahasa Madura nya disebut dengan Bucel.
Bucel atau tali pusar walaupun bentuknya kecil, tapi dalam ilmu medis diketahui membawa manfaat yang sangat banyak pada bayi. Dengan adanya tali pusar bayi bisa menerima nutrisi dan oksigen dari ibu, dimana kedua unsur tersebut diperlukan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan nya.
Saat bayi dilahirkan, tali pusar tak lagi digunakan untuk mensuplai kebutuhan bayi sehingga harus dipotong dan kemudian di jepit dengan penjepit khusus segera setalah bayi dilahirkan. Karena tidak terdapat saraf pada tali pusar, bayi tidak akan merasa sakit saat dilakukan pemotongan dengan gunting ataupun pisau yang tajam.
Setelah tali pusar di potong, biasanya petugas medis ataupun dukun akan membungkus sisa tali pusar dengan kain kasa. Adapun selama tali pusar belum kering dan lepas dari sang bayi, proses memandikan bayi berada dalam perawatan dukun beranak. Dukun beranak akan mendatangi si bayi setiap pagi untuk memandikan si bayi selama 7 hari. Selama itu pula, dukun beranak berperan mengganti kain kasa sesudah memandikan si bayi.
Tali pusar umumnya akan mengering dan lepas dengan sendirinya kurang lebih satu minggu setelah kelahiran. Lepasnya tali pusar pada bayi mendapat perhatian khusus orang Madura dengan diadakan nya selamethan, yakni pada saat tali pusar tersebut lepas dari bayi.
Umumnya, tradisi selamethan lepasnya tali pusar digelar dengan mengundang tetangga, kerabat ataupun keluarga terdekat. Orang yang punya hanya hajat (orang tua si bayi) akan membuat Tajhin Selamet (bubur selamat).
Tajhin Selamet adalah bubur yang terbuat dari beras nasi dimasak sampai lembut dengan campuran santan. Warnanya putih dengan rasa gurih dan manis karena setelah bubur tersebut masak, umumnya ditaburi dengan gula merah diatasnya.
Prosesi selamethan lepasnya tali pusar berlangsung cukup sederhana. Setelah orang-orang yang diundang berkumpul, biasanya ustaz atau kiai yang ditunjuk oleh tuan rumah untuk memimpin doa, langsung melakukan pembacaan doa-doa dan ayal-ayat suci Al Quran. Bacaan yang umum dibaca adalah Surah Al- Ikhlas sebanyak 3 kali, Surah Al-Falaq satu kali dan surah An-nas satu kali lalu ditutup dengan doa. Setelah doa selesai, Tajhin selamet dimakan bersama dengan sedekah yang alakadarnya. Digelarnya Selamatan dengan mengundang orang untuk membaca doa tidak lain adalah sebagai pengakuan dan ungkapan rasa syukur atas semua kenikmatan kesehatan yang Allah berikan kepada sang bayi dan ibunya.
Adapun Tali pusat yang sudah lepas dibungkus dengan kain putih, kemudian disimpan untuk kelak direndam dalam segelas air dan diminum airnya bila si bayi sakit. Adapun Bayi dan ibunya tetap berada dalam perawatan dukun beranak sampai bayi berumur 40 hari. Setelah masa perawatan berlalu, dukun beranak menerima beras, ayam atau bahan makanan lainnya, dan uang. Semua itu sebagai imbalan atas jasa-jasanya membantu merawat bayi berserta ibunya.
Sampai saat ini, masyarakat Madura masih banyak yang menyimpan tali pusar bayinya. Mereka mempercayai bahwa tali pusar memiliki khasiat untuk menyembuhkan. Bila sang empunya tali pusar sakit, maka tali pusar akan direndam dengan air hangat beberapa saat, kemudian air diminumkan. Dengan meminum air hangat bekas rendaman tali pusar tadi, dipercayai bayi yang sakit akan segera sembuh. [Wallahu a'lam]
*) Abdul Hamid, S.E Devisi Kajian Budaya Madura IKBM KalBar.