TRADISI ARASOL - INSPIRASI SYARIAH

Senin, 01 Januari 2018

TRADISI ARASOL

Jika di bulan Rabiul Awal masyarakat Madura di sibukkan dengan tradisi Cocoghen dan Molodhan, memasuki bulan Rabiul Akhir masyarakat Madura kembali di sibukkan dengan sebuah tradisi, yakni Arasol atau Alasor. Arasol merupakan sebuah tradisi selamatan ala orang Madura dalam memuliakan Bulan Rabiul akhir dalam penanggalan Hijriyah atau dalam penanggalan Madura dikenal dengan bulan Rasol.

Tradisi Arasol, konon dilatarbelakangi rasa syukur masyarakat Madura atas keselamatan Nabi Muhammad SAW dari peristiwa percobaan pembunuhan menggunakan batu kepada Nabi yang dilakukan oleh Bani Nadzir. Nabi kemudian mengusir mereka karena menghianati perjanjian yang telah disepakati. Peristiwa ini terjadi pada tahun ke-3 Hijriyah.

Ada juga yang berpendapat bahwa tradisi Arasol dilatarbelakangi karena pada bulan ini terjadi banyak peperangan di masa Rasulullah, diantaranya: perang Najran (pengusiran bani Nadzir), perang Al Ghabah (disebut Al Ghobah karena penyerangan oleh Unaynah bin Hizn Al Farisi orang Ghatafan terhadap unta-unta milik nabi di Al Ghabah. Perang ini juga disebut perang Dzi Qarad, terjadi pada tahun ke 6 Hijriyah ), serta perang Al Ghamar (untuk menyerang kabilah Bani Asad yang dipimpin oleh Ukkashah bin Mishan). 

Tidak diketahui secara pasti, apa alasan yang kuat orang Madura melaksanakan tradisi Arasol. Namun dari beberapa perbedaan pendapat tersebut diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa pada bulan ini memang banyak sekali terjadi perang. Sampai Asbabun Nuzul diturunkannya Surah Al Hasyr adalah karena penghianatan yang memicu perang, Mulai dari masa Rasulullah sampai peristiwa setelah Rasulullah wafat. 

Sehingga pada bulan Rasol masyarakat Madura yang mayoritas beragama Islam memperbanyak diri dalam mengingat Allah, memperbanyak bersedekah dan meningkatkan ketakwaan serta menjadi pribadi yang mencintai kedamaian. 

Adapun wujud rasa syukur mencintai kedamaian tersebut mereka ikat dalam sebuah tradisi selamatan yang mereka beri nama Arasol. Dengan mentradisikan selamatan (arasol), masyarakat Madura ingin menampakkan sikap syukur atas nikmat yang Allah berikan dengan menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan kehendak pemberinya. 

Sikap syukur perlu menjadi kepribadian setiap Muslim. Sikap ini mengingatkan untuk berterima kasih kepada pemberi nikmat (Allah) dan perantara nikmat yang diperolehnya (manusia). Dengan syukur, seseorang manusia akan rela dan puas atas nikmat Allah yang diperolehnya dengan tetap meningkatkan usaha guna mendapat nikmat yang lebih baik.

Selain itu, bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah merupakan salah satu kewajiban seorang muslim. Seorang hamba yang tidak pernah bersyukur kepada Allah, alias kufur nikmat, adalah orang-orang sombong yang pantas mendapat adzab Allah SWT.

Bila seseorang mengerjakan suatu pekerjaan dalam rangka mensyukuri pemberian Allah, rasa syukur itu membuat mereka tangguh dalam memperjuangkan tercapainya suatu target yang menurut perhitungan mereka akan diridai oleh Allah. Misalnya, orang Madura bersyukur bahwa Allah telah memberi mereka kecukupan rezeki, kesehatan, kecerdasan, serta rasa aman dalam melaksanakan ajaran agama Islam, yang mereka sudah membuktikan sendiri bahwa kehidupan mereka menjadi lebih baik karenanya.

Lalu dalam rangka mengekspresikan rasa syukur itu melalui perbuatan, mereka mengundang para tetangga dan kerabat untuk berdoa. Setelah berdoa, tuan rumah menghidangkan makanan ala kadarnya sebagai sedekah kepada yang membacakan doa. 
Tradisi Asorlot, Pada Masyarakat Madura Kalimantan Barat

Pada Sebagian masyarakat Madura yang tidak mau ribet dengan rangkaian tradisi Molodhan dan tradisi Arasol, mereka menggabungkan kedua tradisi tersebut pada tanggal 30 Rabiul Awal dengan sebutan Asorlot (Arasol sekalian Amolot). Disebut Asorlot karena selain melaksanakan maulid, pada malam itu juga akan jatuh bulan rasol. Tradisi ini lazim kita jumpai pada masyarakat Madura yang umumnya tinggal atau berasal dari daerah Kecamatan Ketapang, daerah pesisir Sampang bagian Utara. 

Dalam tradisi Arasol, tidak ditentukan jenis makanan yang harus di sedekahkan. Sedekah yang diberikan oleh tuan rumah (orang yang melaksanakan tradisi alasor) bergantung dengan kemampuan ekonominya. Lauk pauknya bisa berupa daging sapi, daging kamping, ayam hingga telur ayam dengan menu nasi putih sebagai hidangan utamanya. 

*) Abdul Hamid, S.E : Devisi Kajian Budaya Madura IKBM KalBar. 

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

Berkomentar sesuai dengan topik, gunakan Name dan URL jika ingin meninggalkan jejak, link hidup dalam komentar dilarang, melanggar kami hapus