Oleh : Abdul Hamid*)
Bagi orang Madura, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW selalu identik dengan buah. Sajian buah-buahan tidak hanya dalam tradisi Cocoghen saja, tapi "wajib" ada selama tradisi Molodhan. Tradisi Cocoghen adalah tradisi dalam menyambut malam 1 Rabiul Awwal. Cocoghen, yang dalam bahasa Indonesia nya mencocokkan. Mencocokkan jika malam itu sudah jatuh pada malam tanggal 1 Rabiul Awwal.
Beruntung sekali masyarakat Madura diberikan bibit buah-buahan saat awal pindah ke relokasi Madani. Bibit yang mereka tanam 20 tahun yang lalu itu kini pandai berbalas budi. Selalu berbuah. Meskipun berada di lahan gambut, Bibit buah kelapa, rambutan, cempeddak dan buah nangka tetap tumbuh dan menghasilkan buah.
Saat maulid tiba, buah-buahan tersebut menjadi sajian yang istimewa. Dihidangkan dalam acara maulid Nabi. Disusun berjejer, diatas piring atau nampan dihadapan para undangan. Tidak ketinggalan diatas buah-buat itu diletakkan uang kertas 2.000 an hingga 5.000 an yang dijepit dan ditancapkan pada lidi.
Setelah dibacakan doa, buah tersebut boleh dibawa pulang atau dimakan ditempat. Buah, selain sebagai simbol atas pahala bagi seseorang yang bersalawat kepada nabi Muhammad, juga merupakan sumber gizi dan berbagai jenis vitamin yang diperlukan oleh manusia.
Banyak sekali buah yang disukai Nabi Mumhammad namun salah satu jenis buah yang menjadi kesukaan Nabi Muhammad yang tumbuh di lahan gambut adalah buah semangka. Semangka yang dikonsumsi Nabi memang berbeda dengan semangka di Indonesia. Namun masih satu rumpun buah semangka. Semangka lahan gambut. Semangka Inul, begitu orang Madura menyebutnya.
Jenis semangka inul memang berbeda dengan semangka pada umumnya. Ukuran nya lebih kecil, padat dan banyak bijinya. Namun soal rasa manisnya jangan ditanyakan. Terasa legitnya. Buah semangka lokal ini selalu ada pada bulan Ramadan dan bulan Maulid. Harganya relatif lebih murah. dikisaran 4.000 sampai 5.000 per kilo.
Kalimantan Barat memang kaya dengan buah-buahan lokal. Buah-buahan lokal ini menjadi penyangga ekonomi daerah. Bisa kita bayangkan kalau di bulan Maulid tidak ada buah-buahan lokal. Tradisi Molodhan bisa menjadi ajang membanjirnya buah impor.
Tingginya permintaan terhadap buah dibulan Maulid memang cukup tinggi. Oleh sebab itu harus diimbangi dengan ketersediaan buah-buahan lokal. Pada tahun 2018 saja, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai Impor buah dari China mencapai 741, 35 Juta Dollar Amerika. Data tersebut belum termasuk impor buah apel Amerika. Yang paling banyak di impor adalah apel dan pir. Kebutuhan terhadap kedua buah ini tidak hanya di bulan Maulid. Tapi hampir sepanjang bulan.
Kedua jenis buah ini memang menjadi buah "favorit" dalam tradisi Molodhan. Distribusi perdangangan buah apel dan pir sangat sistematis oleh para importir maupun pemasok. Sehingga suplainya tak pernah kurang.
Pedagang senang jual buah impor? Pedagang itu yang penting bagi mereka melihatnya barang murah, lebih menarik, berkesinambungan suplai-nya. Masalah yang dihadapi oleh buah lokal saat ini, selain suplai yang tak menentu, juga tampilan yang tak menarik. Suplai yang tak menentu ini membuat harga buah lokal sering fluktuatif bahkan cenderung harganya tinggi.
Membanjirnya buah impor bukan lah fenomena baru. Masalah ini sudah berlangsung lama dan semakin membesar setelah adanya perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA). Dan belum ada langkah nyata dari pemerintah untuk mengatasi membanjirnya buah impor di pasar dalam negeri.
Kita patut waspada, agar jangan sampai terus menerus terjadi pergeseran perilaku masyarakat dalam konsumsi buah. Persepsi konsumen mengenai buah lokal mesti terus ditingkatkan. Persepsi akan menggiring konsumen membangun sebuah kesadaran terhadap pentingnya produk buah lokal. Persepsi dan kesadaran juga akan membentuk sikap konsumen dalam memilih produk mana yang akan dikonsumsinya.
Selain beras, sebetulnya produk holtikultural terutama buah merupakan hasil pertanian yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Setiap hari semua keluarga selalu membutuhkan buah sebagai bahan makanan penting untuk memenuhi kecukupan gizi yang ideal. Bukankah kita masih ingat dengan kata-kata atau jargon Empat Sehat dan lima sempurna.
Madani, 15 September 2019.