Salah satu tanaman buah endemik hutan Kalimantan yang sedang memasuki musim panen di Kampung Madani pada masa pandemi covid -19 ini adalah buah cempedak. Buah cempedak merupakan buah hutan yang sekilas mirip dengan nangka namun rasanya lebih mirip rasa durian. Buah cempedak memang masih satu family dengan nangka, yakni Moraceae. Namun jika dilihat lebih lanjut, bentuk cempedak lebih gilig atau oval memanjang, sementara bentuk nangka lebih variatif, ada yang bulat, lonjong, bahkan ada yang tidak beraturan.
Ukuran buah juga berbeda, umumnya buah cempedak hanya berukuran dua sampai tiga kilogram, jauh lebih kecil ketimbang buah nangka yang bisa mencapai 20 sampai 25 kilogram per buah. Kulit kedua buah ini juga memiliki perbedaan, kulit cempedak memiliki duri yang cenderung tumpul, bahkan kadang duri itu tidak muncul dan hanya berupa titik saja. Sementara buah nangka memiliki duri yang cukup tajam. Jika sudah masak, cempedak akan jauh lebih empuk jika dipegang dibandingkan dengan nangka.
Hampir disetiap pekarangan rumah warga terdapat buah cempedak dan nangka. Kedua buah ini banyak ditanam oleh warga pada masa-masa awal kepindahan ke Relokasi Madani.
Buah cempedak dan nangka masih bisa tumbuh dengan baik meskipun ditanah gambut. Walaupun memang produktivitas dan tingkat kesuburannya tidak sebaik ditanah putih atau tanah pegunungan. Dilahan gambut, buah cempedak dalam setahun bisa berbuah sampai dua kali.
Kala musim panen buah cempedak tiba di Kampung Madani, buah ini banyak dijual ke pasar-pasar tradisional maupun toko buah di Pontianak. Masyarakat di Kota Pontianak umumnya lebih menyukai olahan buah cempedak yang digoreng. Disajikan dengan digoreng bersama adonan tepung, mirip seperti pisang goreng. Olahan cempedak goreng lebih disukai apalagi disajikan dalam keadaan masih hangat.
Buah cempedak di kampung Madani sebetulnya memiliki potensi ekonomi yang cukup besar apabila budidaya buah ini dikembangkan dengan baik. Permintaan pasar terhadap buah endemik hutan Kalimantan ini di pulau Jawa cukup banyak. Harganya pun relatif tinggi, 20 ribu sampai 25 ribu per kilogramnya.
Sayangnya, potensi ekonomi buah cempedak oleh masyarakat atau petani di kampung Madani tidak dikembangkan lebih serius. Masyarakat masih membudidayakan tanaman cempedak secara tradisonal. Kurangnya ilmu pengetahuan serta pemahaman masyarakat di kampung Madani terhadap ilmu pertanian modern, membuat mereka tertinggal. Pemerintah daerah terutama Dinas Pertanian yang membidangi dalam hal pertanian masyarakat jarang turun kelapangan untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat disana.
Alhasil, buah yang dihasilkan bukan buah unggulan. Sebetulnya kalau pemerintah daerah Kabupaten Kubu Raya mau serius, mereka bisa mendatangkan ahli budidaya cempedak dari Kota Singkawang. Disana, sudah terkenal dengan Si Raja Cempedaknya. Buah Cempedak King dari Kota Singkawang mempunyai keunggulan dalam hal ukuran buah nya. Yang rata-rata memiliki berat 5 kg sampai dengan 13 kg.
Cempedak King dari Kota Singkawang banyak diminati oleh masyarakat, lebih lebih masyarakat di Pulau Jawa. Daging buah yang tebal serta ukuran nya yang lebih besar memiliki dayak tarik tersendiri bagi para pecinta buah cempedak.
Sebuah peluang yang cukup besar apabila potensi ini digarap dengan serius. Lahan pertanian di kampung Madani yang masih luas mesti dimanfaatkan dengan baik. Apalagi di masa pandemi Covid-19 saat ini konsumsi masyarakat terhadap buah impor sedang mengalami penurunan. Pasokan buah impor dari China mengalami penurunan. Kesadaran masyarakat terhadap buah lokal sedang bagus. Berdasarkan data BPS, trend produksi buah-buah lokal pada 4 tahun terakhir mengalami kenaikan. Pada 2019, produksi buah lokal mencapai 22,5 juta ton atau naik 4,8 persen dibanding 2018.
Pandemi covid-19 menjadi peluang tersendiri. Masyarakat lebih banyak mengkonsumsi buah lokal. Mengkonsumsi buah lokal berarti turut membangun pertanian lokal, dengan menyuburkan tanaman buah lokal. Apalagi buah lokal lebih sehat. Tidak ada bahan pengawetnya. Disamping itu, mengurangi kebergantungan pada buah impor, juga bisa memangkas mafia buah impor. Mengurangi impor buah-buahan, bukankah bisa mengurangi beban devisa dan defisit neraca perdagangan?
*) Abdul Hamid